Jadi Perawat?? mmmm?? Kenapa Tidak
Jadi
Perawat?? mmmm?? Kenapa Tidak
Memang
saya bukan seorang perawat, tapi saya melihat pekerjaan mulia adalah seorang
perawat, bukan karena pacar ane seorang calon perawat loh, tapi karena seorang
perawat saya bisa keluar dari perut ibu saya, karena seorang perawat saya bisa menangis
pertama kali “karena pantat ane ditabok”, dan karena perawatan seorang ibu dan
kelaurga pun saya menjadi seperti ini.
Hy
teman-teman perawat ane mau nyapa ni Apa kabar sang “perawat” semoga bunga
ditaman hatimu semakin bersemi hingga wanginya tersebar dari setiap senyuman
yang engkau semaikan dengan penuh ketulusan. Seulas senyum yang pancarkan
cahaya hingga mampu sibakan awan kedukaan yang selama ini terus menggantung.
Senandungkan nada-nada kasih yang kembalikan semangat untuk terus berjuang
hadapi segala coba dan lara.
Hmm, kalau dengar kata “perawat” terkadang masyarakat
langsung tertuju pada “suster ngesot,suster keramas,dll” sebenarnya apa
salahnya perawat ya? Padahal perawat kan pekerja’an yang paling mulia (ehem),
sesungguhnya profesi (perawat/ners) dibangun dari setiap helaan kasih sayang,
kepedulian, dan ketulusan untuk meringankan beban penderitaan sesame (untungnya
ane punya pacar perawat heehe). Hal inilah yang kemudian sang founding
mother keperawatan, Rufaidah bint Sa’ad merelakan dirinya terjun
menolong korban perang, mencurahkan segala perhatian dan kasihnya..
Cintanyalah yang membuat ia berani mengambil resiko kematian yang setiap saat
mengintai dalam kancah peperangan yang ia ikuti. Senyuman itulah yang selalu
terpancar dari ketulusan hatinya ketika mengunjungi pelosok-pelosok
perkampungan yang membutuhkan pertolongannya.
Sering juga orang-orang membandingkan perawat dengan dokter,
katanya perawat itu pembantunya dokter, perawat itu suruhannya dokter, de el
el. (nyesek banget dengarnya). Padahal dalam profesi medis baik perawat,dokter,
apoteker,gizi dan profesi kesehatan lainnya itu sama saja. Namanya saja
“Paramedis” terdiri dari kata : Para dan Medis, para itu sendiri artinya
=disamping atau sejajar, berarti kita semua sejajar (Partner). Jadi kita saling
bekerja sama untuk membuat masyarakat sehat.
Saya pernah dapat cerita dari seorang teman inisialnya
Arkadius heeheh. Pada waktu praktik di Rumah Sakit Umum Sikakap di Mentawai ya
kira-kira 1 tahun yang lalu dia
betul-betul merasakan yang namanya menjadi “perawat” . Perawat itu hebat setiap
jam,detik,menit mereka selalu bersama pasien. Sebentar-sebentar yang dipanggil
adalah Perawat, Suster infusnya lepas, suster infusnya macet, suster perbannya mau diganti, ya terkadang ada
perasaan capek karena banyaknya pasien
yang harus dilayani, tetapi melihat kesembuhan pasien cukup membuat kami
sebagai perawat merasa senang. Terkadang sangat sedih juga melihat pasien yang
meninggal atau yang paling menyedihkan
adalah ketika ada pasien yang sama sekali tidak di jenguk oleh keluarganya.
perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien, dan memang harusnya
demikian. Menjadi pendengar yang baik, akan keluh kesah yang sering terlontar
dari tubuh-tubuh mereka yang mulai ringkih oleh penyakitnya. Menjadi guru yang
sabar menjelaskan setiap tanya yang terlontar. Seorang yang dengan tulus
‘menghapus’ derai air mata kegelisahannya. Wajahnya seakan tak pernah kering
menyirami hati-hati yang haus dengan setiap ‘sentuhan’ ketulusan. Cinta yang
terpancar akan menjadi sebuah kekuatan yang membangkitkan semangat untuk terus
bertahan.
Sewaktu aku dinas dulu ada seorang ibu yang menderita
penyakit stroke, dia tidak bisa bicara, hanya bisa mengagguk dan menggelangkan
kepala. Pukul 20:00 WIB teman saya ini mengunjunginya untuk memberikan injeksi
bolus, diruangan itu tak ada seorangpun yang menemaninya, dia melihat air matanya
luruh membasahi pipinya, teman saya ini beranikan diri bertanya “ibu, keluarga
ibu dimana? Ia hanya menggelengkan kepala, ibu sudah makan? Tanyaku dengan
perasa’an yang mulai berkecamuk, lagi-lagi ia hanya menggelengkan kepala “Ya
Tuhan Yesus ujar teman saya ini dalam hati sudah jam 20:00 WIB ibu ini belum
makan siang, seketika aku merasakan ada tamparan hebat di batinku,
Ya Tuhan bagaimana bisa mereka membiarkan seorang ibu yang
mengandung, melahirkan serta mengasuh mereka mengalami keadaan seperti ini,
perlahan air mata temanku ini mulai menetes, ada rasa sesak di dada nya.
Kuperhatikan raut wajah ibu itu, ada rasa iba yang mendalam, akupun menunda
memberikan injeksi bolus, teman saya ini melangkah menuju ruangan perawat
menanyakan perihal itu kepada kepala ruangan, beliapun sempat iba tapi katanya
persedia’an makanan untuk pasien sudah tidak ada lagi karena jam makan siang
sudah lewat, akupun menanyakan makanan apa yag bisa diberikan untuk ibu itu,
kepala ruangan pun mengatakan “berikan saja bubur” Puji Gusti kebetulan di rumah
sakit ada penjual bubur teman sayapun membelikannya untuknya, teman sayapun
sesegara mungkin menuju ruangan tempat ibu tadi dirawat, kusuapi ibu itu secara
perlahan, makannya sungguh lahap, teman saya tak mampu lagi menahan air
matanya, teman saya biarkan ia jatuh, sebagai seorang anak rasanya ini belum
cukup dibandingkan dengan perjuangan ibu mengandung dan melahirkan kita,
walaupun beliau bukan ibu kandungku, bukan saudaraku, tapi teman saya sungguh
menghargainya sebagai seorang ibu yang telah berjuang mengandung dan melahirkan. Teman saya menganggap ini adalah
“pelajaran” yang bisa teman saya ambil bahwa sesibuk apapun kita, kita harus
senantiasa memperhatikan orang tua kita....
Ada banyak hal lagi yang bisa teman
saya dapatkan ketika merawat orang-orang sakit, bagaimana belajar tentang
keikhlasan, kesabaran. Tak sedikitpun aku menyesal menjadi seorang perawat,
minimal merawat orang tua sendiri, kabar terakhir yang kudengar bahwa ibu itu
sekarang akan dipindahkan ke Panti Jompo karena anak-anaknya tidak mampu lagi
mengurusnya dikarenakan urusan kerja.
Miris rasanya aku mendengarnya, tapi
itulah hidup terkadang manusia lupa akan kebaikan orang tua, lupa akan
perjuangan ibu. Tapi teman saya sangat berterima kasih kepada Tuhan karena
telah mengantarku mengenal profesi ini, profesi yang di dalamnya mengajarkan
tentang ketulusan merawat, profesi yang didalamnya diajarkan bagaiman kita
bersabar, bukankah Tuhan bersama orang-orang yang sabar.
Sekali lagi banggalah menjadi
seorang perawat,,”jadi perawat?? Kenapa Tidak??
Ini adalah calon-Calon Perawat Luar Biasa. dari ASKARSEBA 2012
0 komentar:
Yang Harus Dikomentari
---Dipersilahkan Mengoreksi Tulisan Yang Salah
Ini sebagai pembelajaran buat saya
---Menambahkan Apa Yang Kurang Dalam Pembahasan BangRonny
Ini akan membuat apa yang BangRonny berikan belum sempurna
---Mengakui Kalau BangRonny Ganteng heheheheh
Ini akan membuat BangRonny lebih PeDe.
-----Selebihnya Terserah Anda-------