MAKNA ULOS
MAKNA ULOS
(Oleh : Ronny Advisori Martosen Sababalat)
M. Junus Melalatoa (1995 : 852 )
mengunpkan bahwa Ulos adalah lembaran kain tenunan yang menampilkan warna-warni
dominan, yaitu merah (rara), putih (bontar), dan hitam (birong). Masing-masing
warna mengandung makna: “kematian”, “kehidupan dan kesucian”, dan “atribut
Batara Guru yang menguasai dunia bawah”.
Dalam pandangan suku batak hanya ada
tiga sumber kehangatan (pana) bagi manusia: yaitu matahari, api dan ulos. Ulos
dipandang memberikan kehangatan (halason) bagi badan dan jiwa. Halason berasal
dari kata las menyiratkan pengertian lebih luas, buka saja “hangat” atau
“panas”, tetapi bermakna suka-cita, dorongan kuasa, kekuatan, dan dapat
membangkitkan semangat. Pengertian diatar terjabar dalam realita, misalnya selimut
untuk menghangatkan madan (ulos modom); seorang ibu menggendong anaknya untuk
membagikan suka citanya dipakailah ulos parompa; dan dalam upacara digunakan
ulos.
Orang Batak Toba mengenal lebih dari
40 jenis ulos. Berikut ini adalah nama-nama jenis ulos:
1.
Antek-antek
2.
Bintang-bintang
3.
Bintang Maratur
4.
Bolean
5.
Bunga Ambasang
6.
Gatip-gatip
7.
Gobat
8.
Harungguan
9.
Jobit
10.
Jogia Soolo Pipot
11.
Jungkit
12.
Mangiring
13.
Namarsimata
14.
Padang Rusa
15.
Parompa
16.
Pinar Sungsang
17.
Pinunsaan
18.
Pucuk Rubong
19.
Ragi Angkola
20.
Ragi Botik
21.
Ragi Hotang
22.
Ragi Hutang
23.
Ragi Idup
24.
Ragi Pakko
25.
Ragi Ulom
26.
Ranta-ranta
27.
Runjat
28.
Sadum
29.
Selendang Gaja-gaja
30.
Sibolang
31.
Sibolang Rasta
32.
Sigara-gara
33.
Silimatubo
34.
Simarlohu-lohu
35.
Sirampat
36.
Sirara
37.
Situlotubo
38.
Situtur-tutur
39.
Soang-soang
40.
Sumbat
41.
Suri-suri
42.
Tiga bolit
43.
Tumtuman
44.
Ula Torus
Ulos tersebut ada yang dipakai dalam
kehidupan sehari-hari dan ada yang hanya digunakana dalam rangka upacara. Motif-motif
hiasan dan warna yang ditampilkan pada ulos tertentu memberikan makna tertentu
pula dalam pandangan masyarakat Toba ini. Sebagai contoh, Ragi Idup, dengan
motif warna putih menyebabkan Ulos ini mempunyai nilai yang tinggi, dipandang
suci, lambang dari kehidupan, dapat memberikan semacam ketenangan, kekuatan
dalam menghadapi cobaan hidup bagi yang memilikinya
Upacara
adat dalam rangka daur hidup terkait dengan pemberian Ulos dan juga pada
upacara memasuki rumah baru. Upacara adat daur hidup itu adalah misalnya
upacara masa kehamilan, upacara kelahiran, upacara naik sidi, upacara
perkawinan, upacara kematian, upacara menggali kuburan. Pemberian ulos itu
melibatkan unsur dalihan na tolu.
Sebagai contoh makna pemberian ulos dari
pihak hula-hula kepada pihak boru-nya, artinya hula-ula selalu
mengayomi boru-nya, memberikan perlindungan demi menjaga kesehatan dan
keselamtan badaniah. Pemberian ulos sebagai sau pertanda yang dapat dilihat, disertai
dengan ungkapan petatah-petitih, maka pihak hula-hula memanjatkan doa ke
hadapan Tuhan Yang Maha Esa, semoga diberikan rakhmat kepada boru yang menerima
ulos, memberikan kebahagiaan dan keselamatan, kesehatan dan umur yang panjang
serta rejeki yang murah, dilindungi dari mara-bahaya. Yang cukup penting dan
pokoh adalah agar diberi hegabeon, yaitu
lahirnya anak laki-laki sebagai penyambung keturunan, dan anak permpuan yang
diharapkan akan mampu memberikan kebahgiaan pada orang tuanya.
Dalam hal pemakaian ulos ini juga
berbeda makna ketika di pakai oleh laki-laki dan perempuan. Ketika ulos dipakai
oleh laki-laki, baigan atasnya disebut ande-ande, sedangkan baigan bawahnya
disebut singkot. Sebagai penutup kepala disebut tali-tali, bulang-bulang,
sabe-sabe atau datar. Dalam kehidupan sehari-hari, laki-laki Batak menggunakan
sarung ranin bermotif kotak-kotak, tali-tali dan baju berbentuk kemeja kurung
berwarna hitam, tanpa alas kaki. Ketika ulos dipakai oleh perempuan Batak Toba,
bagian bawah disebut haen, untuk penutup punggung disebut hoba-hoba, dan bila
dipakai sebagai selendang disebut ampe-ampe. Apabila digunakan sebgai penutup
kepala disebut saong, dan untuk menggendong anak disebut paropa. Dalam kehidupan
sehari-hari, perempuan batak memakai kain blacu hitam dan baju kurung panjang
yang umumnya berwarna hitam, serta tutup kepala yang disebut saong (Kajian
Antropologi Batak Prof Bas, dalam http://www.silaban.net/wp-print.php?p=1675, diakses tanggal 24 Januari 2016).
Daftar Pustaka
M. Junus
Melalatoa,1995.Ensiklopedia Suku Bangsa Di Indonesia,Jakarta,CV.Eka Putra
sedemikian dalamnya makna dari ulos ya bang, wajar jikakemudian ulos dijadikan kekayaan budaya yang wajib menjadi kebanggaan dan tentu di lestarikan dengan memakainya dalam setiap kesempatan.
ReplyDeletebravo untuk ulos
betula sekali kang
Deleteini masuknya kepada norma atau sistem budaya yang mengikat kang
beginilah budaya sepintak tak ada makna didalamnya
namun jika dijabarkan memiliki makna yang luas
makasih kunjunganya kang